Tim K3 menetapkan standar keselamatan kerja dapur yang comprehensive untuk melindungi pekerja program MBG. Pertama-tama, risk assessment mengidentifikasi semua potential hazard dalam operasional dapur. Oleh karena itu, preventive measures dapat dirancang untuk mitigasi setiap risiko yang teridentifikasi.
Safety culture dimulai dari management commitment dan cascaded ke seluruh level organisasi. Selain itu, regular safety training memastikan setiap pekerja memahami protokol dan emergency procedure. Dengan demikian, zero accident menjadi achievable target dengan implementation yang konsisten.
Manajemen mewajibkan pekerja menggunakan personal protective equipment sesuai dengan jenis aktivitas yang mereka lakukan. Tim operasional menggunakan heat-resistant glove hingga siku saat menangani pan atau tray panas. Selanjutnya, pekerja mengenakan cut-resistant glove dengan level perlindungan 5 ketika melakukan pekerjaan intensif menggunakan pisau.
Manajemen menerapkan standard operating procedure untuk seluruh peralatan berbahaya tanpa pengecualian. Pekerja menjaga safety guard pada slicer dan mixer tetap terpasang selama peralatan beroperasi. Dengan mematuhi SOP secara konsisten, tim operasional menurunkan angka cedera akibat pemotongan hingga 80%.
Fire Safety dan Emergency Preparedness
Tim K3 menginspeksi dan memelihara fire suppression system di area memasak setiap enam bulan. Manajemen menempatkan APAR dengan kapasitas minimal 6 kg pada setiap jarak lima belas meter agar pekerja dapat mengaksesnya dengan cepat. Tim teknis memasang sistem pemadam otomatis pada hood yang akan aktif ketika suhu melampaui batas aman.
Manajemen memasang emergency evacuation plan lengkap dengan assembly point yang jelas di area yang mudah terlihat. Tim K3 melaksanakan fire drill setiap tiga bulan untuk memastikan seluruh staf memahami dan menjalankan prosedur darurat dengan benar. Melalui kesiapsiagaan ini, organisasi mengurangi potensi kepanikan dan cedera saat terjadi keadaan darurat.
Ergonomi dan Pencegahan Musculoskeletal Disorder
Tim K3 menyelenggarakan pelatihan teknik pengangkatan yang benar untuk mengajarkan pekerja mengangkat beban berat secara aman. Instruktur melatih pekerja menekuk lutut dan menjaga punggung tetap lurus saat mengangkat barang berat. Selain itu, manajemen menerapkan team lifting untuk benda dengan berat lebih dari dua puluh kilogram agar pekerja dapat mendistribusikan beban secara seimbang dan aman.
Workstation adjustment memungkinkan pekerja bekerja dalam neutral posture tanpa strain. Di samping itu, job rotation mencegah repetitive strain injury dari melakukan task sama prolonged. Akibatnya, musculoskeletal complaint menurun hingga 60% dengan program ergonomi ini.
Kesimpulan
Pada akhirnya, standar keselamatan kerja dapur yang ketat menjadi tanggung jawab moral dan legal pengelola program MBG. Pencegahan risiko injury yang comprehensive, fire safety preparedness, dan program ergonomi yang systematic menciptakan workplace yang aman. Dengan mengimplementasikan protokol K3 secara konsisten, program MBG dapat melindungi aset terpenting yaitu pekerja sambil menjaga kontinuitas operasional dalam menyediakan makanan bergizi untuk generasi penerus bangsa. Pendekatan ini memperkuat kepatuhan regulasi, meningkatkan kepercayaan pekerja, menurunkan biaya kecelakaan, menjaga produktivitas jangka panjang, membangun budaya keselamatan berkelanjutan, serta mendukung reputasi program secara nasional konsisten terukur inklusif adaptif preventif berbasis risiko institusional.

